Oleh: Mln. Aang Kunaefi
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan berilah kabar suka kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, sesungguhnya bagi mereka disediakan kebun-kebun yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci dan mereka kekal di dalamnya. [Al Baqarah : 25].
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Saya berulangkali memberitahukan kepada jemaat saya: jangan hanya mengandalkan baiat saja. Tidak ada keselamatan kecuali kalian mencapai hakikat baiat. Orang yang puas hanya dengan kulit (Cangkang) akan kehilangan intisarinya. (artinya jika kalian senang karena mendapatkan kulit dan cangkangdari suatu buah maka itu hal yang sia-sia. Kalian kehilangan kenikmatan daging buah yang sesungguhnya). Seorang yang cerdas berupaya mendapatkan daging dan inti buahnya.
Jika seorang murid tidak mengamalkan ajaran yang diajarkan kepadanya oleh seorang Mursyid (Guru), maka kebijaksanaan dari sang guru tidak ada gunanya. (artinya jika kalian datang berbaiat kepadaku namun tidak memperbaiki amal perbuatan kalian, kalian cukup merasa senang karena manusia yang kalian imani diutus oleh Tuhan. Tak syak lagi status luhur manusia yang dikirim oleh Tuhan itu benar. Namun, seorang murid tidak akan mendapat manfaat dari gurunya jika amalan-amalannya tidak sesuai dengan yang dikatakan oleh guru yang dikhidmatinya).
Jika seorang dokter memberikan resep kepada seseorang dan orang tersebut hanya menyimpan resep tersebut, maka resep itu tidak akan memberinya manfaat sama sekali, sebab manfaat hanya didapat dengan bertindak sesuai dengan yang tercantum di dalamnya.
Demikian juga, orang yang menyatakan dirinya berbaiat dan beriman ia harus memeriksa dirinya sendiri, apakah ia hanya meraih cangkang atau sudah meraih inti? Pernyataan tentang Iman, kecintaan, ketaatan, baiat dan mengikuti Islam itu semua tidak akan terhitung selama tidak ada intinya (esensi) dalam wujud nyata dalam Aamalan. (khutbah Huzur,14-10-2016)
Suatu hari, ada beberapa orang yang datang dan melakukan baiat, beliau as bersabda: setelah berbaiat seseorang seharusnya tidak hanya merasa cukup dengan mengimani jemaat ini benar. Jadikanlah kalian orang-orang yang saleh, bertakwa dan menyibukan diri kita dengan berdoa.
Allah Ta’ala menyebutkan dalam Al-Quran bahwa Iman berdampingan dengan amal saleh. Yang dikatakan amal saleh adalah amal yang murni, sedikitpun tidak dicampuri dengan suatu keburukan. Ingatlah bahwa amal manusia selalu diintai oleh pencuri, apakah gerangan pencuri itu? Ialah tiada lain riya (pamer).
Apabila manuasia berbuat kebaikandidalam hatinya timbul rasa bangga setelah melakukannya, ia merasa gembira karena mengharap pujian, akibatnya ia membuka jalan keburukan yang menjurus kepada perbuatan dosa sehingga amal saleh menjadi bathil (batal). Jika di dalam sebuah rumah ada satu orang saja yang beramal saleh, seluruh rumah itu terpelihara. (khutbah Huzur,14-10-2016)
Seseorang terhitung termasuk jemaat kami hanya jika ia menganggap pengajaran kami sebagai Dastuurul ‘amal (aturan bertindak dan berprilaku) dan berusaha untuk mengamalkannya sekuat yang ia mampu.
Akhlak Rasulullah Saw. Adalah Al-Quran
Fa-inna khuluqa NabiyyiLLahu ShallaLlahu ‘alaihi wasallam Kaana Qur’an
Jadi apa saja yang diucapkan/dikatakan oleh Al-Quran, itulah gambaran kehidupan dan rincian perbuatan dan keutamaan beliau saw..
Dari Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau hendaknya diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya menghargai atau menghormati tetangganya. (Sahih Muslim Kitabul Iman)/ khutbah 2-11-2007.
Huzur bersabda: tiga ciri khas yang dimiliki orang mukmin yang meyakini adanya Allah dan Hari kemudian.
Akhlak Berkata yang baik atau diam
Hal pertama adalah menjadi orang yang memiliki akhlaqul karimah sehingga kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kebaikan, kepada siapasaja tidak keluar dari mulut kita hal-hal yang melukai perasaan orang lain.
Hal ini dikarenakan keburukan akhlaq akan menyebabkan kerusakan Iman. Jadi berkata-katalah hal yang baik atau diamlah ! sikap akhlaq Fadhilah ini dapat menarik keridhoan Allah, memperkuat ke imanan dan juga menjamin ketentraman dalam hidup bermasyarakat. (khutbah, 23-07-2010)
Memuliakan tetangga
Hal kedua yang harus ada dalam diri orang beriman adalah hendaklah ia memuliakan tetangganya. Allah Ta’ala telah memberikan berbagai perintah yang jelas mengenai (kewajiban untuk memenuhi hak tetangga dan Hz. Nabi Muhammad saw menyampiakan prihal ini kepada orang-orang beriman, “Allah Ta’ala demikian seringnya mewahyukan tentang perlakuan baik dan berhubungan baik dengan tetangga serta memenuhi hak-hak mereka sehingga seakan-akan aku menyangka boleh jadi tetangga termasuk ahli waris (yang berhak menerima warisan)”.
Hendaklah diingat yang dimaksud tetangga disini adalah juga mereka yang berada atau bersama kalian saat ini walau hanya beberapa waktu. Mereka ini memiliki hak atas kalian. Termasuk dalam hal ini adalah Ikhwan Jemaat (saudara-saudara jemaat) kaliandalam jalsah ini.
Akhlak Memuliakan tamu
Lalu yang Mulia Rasulullah saw. memberitahukan ciri khas mukmin sejati yang ketiga adalah memuliakan tamu. Memuliakan tamu dapat meneguhkan keimanan karenanya adalah perlu untuk memperlihatkan sikap ini, dan hal ini dapat menjadi salah satu sarana untuk memperoleh Qurb Ilahi (kedekatan dengan Allah). (khutbah 23-07-2010).
Sebagaimana dalam riwayat Allah ta’ala demikian gembiranya menyaksikan amalan sahabat nabi saw, sepasang manusia suami istri yang menyambut tamu dengan jamuan, dan menginap dirumahnya, padahal mereka berdua pun dalam keadaan lapar, bahkan anak-anak mereka yang dalam keadaan lapar pun dimintanya untuk tidur, demi kenyamana tamu. Mereka satu dengan anak-anak mereka melakukan pengkhidmatan terhadap tamu. Allah demikian gembiranya sampai Rasulullah saw. pun ikut larut dalam kegembiraan di dalamnya.
Beliau bersabda: senantiasalah ingat mereka yang tidak dapat menguasai emosinya dan tidak bisa hidup dengan saling mencintai satu sama lain dan saling bersaudara. Orang-orang demikian keadaannya ingatlah!! Mereka berada di dunia hanyalah sebagai tamu, untuk beberapa hari saja, kecuali mereka menjalani peri kehidupan yang indah dan penuh kebaikan.
Saya tidak ingin ada seseorang yang mengadakan tikaman dari belakang (tuduhan menyakitkan terhadap diri saya disebabkan kelakuan dari seseorang di antara Jemaatku. Orang yang masuk ke dalam Jemaat saya, namun tidak berlaku sesuai dengan kehendak saya, laksana sebatang dahan kering. Apa yang dilakukan tukang kebun selain memotong atau menyingkirkannya? Jika dibiarkan, bahkan bisa merusak yang lain. (Khutbah 14-10-16)
Akhlak dalam Mencari Kehidupan Dunia
Berusahalah mencari penghidupan dunia dengan setiap jalan yang mengarah pada kesuksesan dan kebaikan, bukan dengan jalan yang menyebabkan tersakitinya seseorang diantara umat manusia. Maka dari itu, usaha mencari penghidupan dunia tidak dilarang, bahkan dimungkinkan untuk diupayakan tetapi tidak dengan cara menyakiti orang lain atau merampas hak dan harta mereka, bukan dengan jalan yang menyebabkan tersakitinya seseorang di antara umat manusia, merendahkan mereka dan memalukan mereka.
Jika kalian mencari penghidupan dunia dengan cara ini maka itu akan menjadi penyebab kebaikan akhirat. Seseorang terhitung termasuk jemaat kami hanya jika ia menganggap pengajaran kami sebagai dastuurul ‘amal (aturan bertindak dan berprilaku) dan berupaya mengamalkannya sekuat yang ia mampu.
Akan tetapi, orang yang hanya mempertahankan nama saja dan tidak bertindak sesuai ajaran-ajaran, harus ingat bahwa Allah Ta’ala bermaksud menciptakan sebuah Jemaat yang istimewa. Jika ia tidak mengikuti ajaran Jemaat, ia tidak bisa tinggal di dalam Jemaat.
Jika kalian memiliki kewenangan untuk memutuskan sebuah perkara, jadikanlah keputusan kalian (terlepas dari) segala macam hubungan (keluarga/kerabat), meskipun hal tersebut merugikan dirimu sendiri, orang tuamu, keluarga dekatmu, atau anak-anakmu.
Jadi, ketika kita menetapkan standar-standar yang tinggi ini di antara kita sendiri, hanya kertika itulah kita dapat brkata kepda dunia: Hari ini kami dengan membawa perubahan dalam diri kami sendiri, dengan berlaku sesuai dengan ajaran Islam, membawa keberanian dan mampu untuk mengamalkan keadilan, bahkan terhadap mereka yang memusuhi kami.
Kami bersaksi dengan hal sebenarnya bahkan jika hal itu menentang dirikami sendiri, orang tua kami, anak-anak kami, ataupun mereka yang dekat dengan kami lainnya. (khutbah 02-12-16) Jika kita gelisah untuk mendapatkan hak-hak kita, maka kita juga harus gelisah jika hak-hak orang lain belum kita berikan.
Orang yang sibuk dalam memenuhi keperluan saudara-saudaranya, Allah Ta,ala akan terus memenuhi segala keperluannya. Siapa yang meringankan kesulitan dan kesusahan sesama Muslim, Allah akan mengurangi satu penderiataan dari berbagai penderitaan di hari kiamat. Dan siapa yang menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di Hari Kiamat.
Hadhrat Masih Mau’ud as. Bersabda: kesempurnaan iman seseorang dicapai hanya dengan berakhlak sesuai dengan akhlak Allah, artinya menerapkan dan melakukan sifat-sifat Allah dan mewarnai diri dengan corak-Nya sesuai dengan kemampuannya. (Khutbah 7-04-17)
Saling memaafkan
Ada satu peristiwa terkait Hadhrat Hasan ibnu Ali bin Abi Thalib bahwa pada suatu kali beliau sangat marah terhadap kesalahan budaknya dan memutuskan hendak menghukumnya. Lalu, budak itu mengtakan, “Wahai Tuanku !!.. wal kadhzibiinal ghoidhz” dan orang-orang yang menahan amarahnya...
Mendengar itu Hadhrat Hasan menurunkan tangannya... Melihat Hadhrat Hasan diam budak itu melanjutkan ayatnya... Wal’aafiina ‘aninnaas’.... dan yang memaaafkan kesalahan manusia...
HAdhrat Hasan menjawab.... saya telah memaafkan engkau.... lalu budak itu melanjutkan lagi.....” wallahu yuhibbul Muhsiniin... Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan... setelah mendengar itu Hz Hasan pun berkata .... Kini engkau aku merdekakan karena Allah, pergilah kemana saja yang engaku sukai.

0 Comments