Oleh: Mln. Nasrun Aminullah Muchtar
Sebelum masuk ke materi pelajaran Hadits, perlu diketahui bahwa sumber hukum syariat agama Islam urutannya adalah sebagai berikut: Alqur'an, Sunnah dan Hadits.
Alqur'an
Ayat-ayat Alqur'an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sejak permulaan kenabian beliau ketika masih di Mekkah sampai beliau hijrah ke Madinah hingga wafat.
Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu ketika usia 40 tahun di Mekkah, yakni selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, kemudian barulah beliau berhijrah ke Madinah, tinggal di Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, sampai beliau wafat dalam usia 63 tahun. Artinya selama periode di Makkah dan Madinah selama kehidupan 22 tahun 2 bulan 22 hari beliau menerima wahyu-wahyu Alqur'an.
Wahyu-wahyu Alqur'an ini dihafal dan dicatat oleh para sahabat Rasulullah SAW, ada yang dicatat di lembaran kulit-kulit binatang dan ada juga sebagian di pelepah kurma. Dan, atas perintah Rasulullah SAW juga yang menyuruh sahabat untuk menempatkan urutan-urutan surah Alqur'an, misalnya surat Alfatihah di urutan pertama, surat Albaqarah di urutan kedua, dan seterusnya.
Jadi, Alqur'an memiliki kedudukan tingkat yang yakin kebenarannya, karena tidak ada perubahan 1 huruf pun dari sejak pertama diwahyukan sampai akhir zaman ini, karena selain langsung ditulis saat itu, juga langsung dihafal oleh banyak sahabat. Selain itu, wahyu-wahyu Alqur'an dibacakan ulang lagi kepada Rasulullah SAW oleh Malaikat Jibril di setiap bulan Ramadhan.
Pada periode ini, Rasulullah SAW secara umum melarang sahabat menuliskan hadits-hadits (sabda beliau), supaya sabda beliau tidak bercampur dengan wahyu Alquran dan para sahabat fokus dengan hafalan serta penulisan ayat-ayat Alqur'an, kecuali untuk satu atau dua orang sahabat yang diizinkan secara khusus oleh beliau SAW untuk menuliskannya sebagai koleksi Hadits pribadi.
Misalnya, sahabat bernama Hazrat Abdullah bin Amr bin Ash r.a. yang menulis sebanyak seribu Hadits dalam naskah beliau 'Ash-shahifah ash shadiqah' dan sahabat bernama Hazrat Jabir bin Abdullah al-Anshary r.a. dalam naskah beliau 'Shahifah Jabir'.
Sunnah
Sunnah itu secara bahasa sederhananya adalah tata cara atau kebiasaan perbuatan Nabi Muhammad SAW semasa beliau masih hidup. Boleh dibilang sunnah itu merupakan penjelasan hidup atau penjabaran dari wahyu-wahyu Alqur'an. Misalnya, ketika turun ayat perintah shalat, dalam wahyu Alqur'an tidak ada disebutkan Zuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat, Maghrib 3 rakaat, Isya 4 rakaat dan Subuh 2 rakaat, maka Rasulullah SAW pun mempraktekkan tata caranya, nah tata cara sholat inilah yang disebut dengan Sunnah.
Jadi, Sunnah itu beriringan ketika wahyu Alqur'an turun, maka Rasulullah SAW langsung menjelaskan dengan mempraktekkan tata cara pelaksanaannya, dan ini terus dicontoh oleh semua para sahabat sampai turun temurun sampai generasi-genarasi berikutnya.
Ketika Hadits mulai dibukukan rentang waktu antara 100 tahun hingga 250 tahun sepeninggal Nabi Muhammad SAW, umat Islam sudah terbiasa melakukan shalat, puasa, zakat, haji, hukum halal dan haram sesuai dengan mengikut contoh perbuatan Rasulullah SAW, inilah yg dinamakan Sunnah.
Pada periode kehidupan Rasulullah SAW, Hadits, secara tertulis belum lahir alias belum dibukukan, karena dilarang oleh Rasulullah SAW untuk dituliskan segala ucapan beliau (kecuali untuk 2 orang sahabat tadi yg diizinkan secara khusus menulis Hadits sebagai koleksi pribadi untuk simpanan ilmu).
Hadits
Barulah setelah 150 tahun Rasulullah SAW wafat, dan para sahabat beliau yang sudah sepuh-sepuh juga banyak yang wafat, tinggal para tabi'in dan tabiut ta'biin (generasi ketiga dan keempat para sahabat).
Atas kekhawatiran ilmu semakin berkurang karena banyak penghafal Hadits yg sudah tua dan lemah karena faktor usia, juga banyak yg wafat, akhirnya Khalifah pada masa itu, yaitu Umar bin Abdul Aziz menginisiasi menulis surat kepada para Gubernur di daerah-daerah untuk mengumpulkan sabda-sabda Rasulullah SAW yang masih diingat oleh para ulama-ulama Islam.
Lalu, dibukukan dengan alasan tidak ada salahnya mengumpulkan riwayat segala Sabda Rasulullah SAW dalam bentuk kitab-kitab Hadits, karena tidak dikhawatirkan lagi akan bercampur dengan wahyu Alqur'an.
Penjelasan Hazrat Masih Mau'ud a.s.
Hazrat Masih Mau'ud a.s. berpendapat bahwa Hadits merupakan sarana petunjuk ketiga setelah Alqur'an dan Sunnah. Hadits berfungsi sebagai saksi penguat Sunnah, beliau a.s. bersabda:
"Satu kesalahan lagi yang telah ada di antara orang-orang Islam ialah mereka mendahulukan Hadits daripada Alqur'an, padahal anggapan ini adalah salah. Alqur'an memiliki martabat keyakinan, tetapi Hadits ada juga yang zhanni (meragukan).
Hadits itu bukan hakim, bahkan Alqur'an lah yang menjadi hakim atasnya. Hadits itu adalah tasyrih (penjelasan) daripada Alqur'an, maka haruslah ditempatkan pada martabatnya. Haruslah kita percaya kepada Hadits sampai batas tidak bertentangan dengan Alqur'an, malah harus sesuai kepadanya.
Manakala, ada yang bertentangan dengan Alqur'an itu bukanlah Hadits, melainkan suatu qaul (perkataan) yang mardud (tertolak). Namun Hadits itu adalah sangat perlu juga untuk mengerti Alqur'an".
Tingkatan Hadits Dilihat Dari Segi Derajatnya
Ada 4 tingkatan kalau melihat hadits dari sisi derajatnya, yaitu:
1. HADITS SAHIH (Valid) artinya secara sanad (jalur perawinya) sampai kepada Rasulullah SAW, dan perawinya sangat banyak serta memiliki sifat yg bisa dipercaya, kuat ingatan hafalan hadisnya dan sifat para perawi tidak ada yang tercela.
2. HADITS HASAN (Baik) artinya secara sanad para perawinya tersambung sampai Rasulullah SAW, dan yg meriwayatkan pun lebih dari 3 orang, perawinya juga bisa dipercaya, hanya saja ada dari antara perawi Hadits itu yang lemah ingatannya alias pelupa, maka itu masuk kategori Hadits Hasan.
3. HADITS DHOIF (lemah) artinya ada salah satu syarat tidak terpenuhi, misalnya ada salah satu jalur perawinya (sanad) terputus, atau perawi menceritakan redaksi Hadits yg berlainan dengan perawi yg lainnya.
4. HADITS MAUDHU' (palsu) artinya para perawi hadits itu tidak jelas sumbernya atau banyak para penghapal Hadits di zaman itu tidak mengakui kalau itu Hadits dari Nabi.
Inilah para ulama penulis Kitab Hadits (masa pendewanan Hadits) sekitar 150-250 tahun setelah Rasulullah SAW:
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abu Dawud
4. Sunan At-Turmudzi
5. Sunan An-Nasa'i
6. Sunan Ibnu Majah
7. Musnad Ahmad
8. Muwatta Imam Malik
9. Sunan Ad-Darimi
Yang urutan teratas adalah Hadits Riwayat Imam Bukhari, kitab Hadits yg beliau tulis terkenal paling sahih dari antara yg lainnya, karena beliau menuliskan lebih dari 9000 Hadits sahih di dalam kitab hadits beliau..
Dan, itu diakui oleh seluruh para ahli Hadits pada zaman itu, dan terus menjadi rujukan oleh para ahli hadits generasi berikutnya. Imam Bukhari hapal sekitar 100ribu hadits sahih, dan hapal 2000 hadits tidak sahih.
Hadits yg paling sahih kedua adalah Hadits Riwayat Imam Muslim. Jadi kalau ada Hadits yang diakhirnya ada menyebutkan diriwayatkan oleh Muttafaq 'alaihi, artinya Hadits itu diriwayatkan oleh jalur sanad Imam Bukhari dan dari jalur sanad Imam Muslim juga. Kalau ada yang menyebutkan “Kitab Hadits Shihah Sittah” artinya Kitab-kitab Hadits yang paling Sahih dari urutan 1 sampai 6.
Kajian Hadits Tentang Turunnya Isa Ibnu Maryam di Akhir Zaman
Rasulullah SAW bersabda:
كَيْفَ اَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
"Bagaimanakah sikap kalian apabila turun Ibnu Maryam di tengah-tengah kalian, dan dia menjadi imam kalian dari antara kalian" (HR Muslim, Bab Kitabul Imaan, Jilid 1, halaman 136).
KETERANGAN:
- Hadits ini memiliki derajat SAHIH (valid alias tidak diragukan kebenarannya bahwa itu memang ucapan Rasulullah SAW).
- Yang meriwayatkan Hadits ini (perawinya) banyak dan dikenal, serta sanadnya tersambung sampai Rasulullah SAW. Hadits ini ditulis oleh Imam Abil Husain Muslim bin Alhajjaj (Kitab Hadits Riwayat Muslim), diceritakan dari Harmalah bin Yahya, diceritakan dari Ibnu Wahab, diceritakan dari Yunus, diceritakan dari Ibnu Syihab, diceritakan dari Naafi', diceritakan dari Abu Qatadah Al-Anshary, dari Abu Hurairah r.a. berkata: telah bersabda Rasulullah SAW.
- Hadits ini juga diceritakan dari jalur sanad perawi yang lain dengan redaksi yang mirip-mirip, sehingga dikenal sebagai Hadits masyhur (terkenal) dan mutawattir (perawinya banyak).
PENJELASAN:
كَيْفَ اَنْتُمْ
(Bagaimana sikap kalian?) Dari kalimat ini Rasulullah memulai dengan pertanyaan. Tentu memiliki makna tersirat bahwa ada beberapa jawaban nantinya ketika Ibnu Maryam itu datang ke dunia ini, pastinya ada umat yang menolak dan ada juga yang menerima kedatangannya
إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ
(Apabila turun Ibnu Maryam) Arti 'turun' disini tidak selamanya harus turun itu dari atas ke bawah seperti superman. Turun bisa juga artinya hadir atau datang, contoh mudahnya misal "Presiden RI telah turun ke Medan" artinya Presiden datang ke Medan.
"SK dari Gubernur telah turun" artinya SK Gubernur telah diterbitkan. Kebanyakan orang salah dalam memaknai bahasa pada kata "turun" dalam Hadits tersebut, karena hanya melihat dari tekstualnya saja, tidak melihat secara bahasa majazi Hadits.
فِيْكُمْ
(Di antara kalian) Artinya Ibnu Maryam yang datang itu nanti bukan wujud Nabi Isa yang dulu dikirim ke Bani Israil, tetapi ia muncul di antara kalian, yaitu umat Islam, terlahir dari mengikuti syariat Islam.
وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
(Dan dia menjadi imam dari antara kalian) Ini suatu nubuatan yang agung bahwa Almasih Mau'ud itu akan menjadi Imam kalian, begitu juga diartikan ini isyarat dari Nabi Muhammad SAW bahwa pengikutnya akan menjadi imam sholat berjamaah hanya dengan sesamanya saja.

0 Comments