Oleh: Mln. Husnur Rasyidi
Setiap kelompok manapun tentunya merasa merekalah yang berada dalam kelompok yang benar. Karena hal itulah sebagai seorang muslim tentunya mengembalikan segala sesuatunya pada kitab suci Al-Quran sebagai pegangan mutlak. Allah Taala berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 71:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٧١)
Mukmin lelaki dan mukmin perempuan sebagian mereka adalah teman/sahabat bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, itulah mereka yang akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
Ayat yang dikutip di atas menyebutkan mengenai sifat-sifat indah yang apabila sifat-sifat ini ada di dalam kelompok atau jemaat manapun maka itu merupakan kelompok atau jemaat yang hakiki.
Dalam ayat dari Surah At-Taubah ini, Allah Taala menyebutkan 7 tanda-tanda atau ciri khas keindahan atau keistimewaan Jemaat orang-orang beriman. Apa saja itu?
Tanda pertama, وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ yakni mereka saling bersahabat dan saling mencintai satu dengan yang lain, juga setiap saat siap menolong satu dengan lainnya. Tanda ini telah kita saksikan didalam sejarah Islam melalui contoh yang diperlihatkan oleh para sahabah Rasulullah radhiallahu ‘anhum. Mereka berlaku kasih saling mencintai dan saling menolong satu dengan lainnya yang dilukiskan dalam Alquran رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ yakni berlaku kasih sayang di antara mereka (Q.S. Al-Fath: 29).
Kedua, Allah taala menerangkan bahwa يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ mereka bukan hanya menganjurkan atau mengajak melakukan amal-amal baik tetapi mereka juga melakukan dan menyebarkan kebaikan. Huzur atba bersabda: “Sejauh mereka menginginkan kebaikan dari Allah untuk dirinya sendiri, mereka juga merupakan orang-orang yang menginginkan kebaikan untuk orang lain dan mereka ingin bahwa dengan menegakkan kebaikan-kebaikan dan menegakkan atau menanamkan kecintaan dan kasih sayang, mereka telah membangun sebuah Jemaat yang mengamalkan hukum-hukum Allah dengan hati yang tulus.”
Ketiga, mereka mencegah dari melakukan keburukan. Mencegah setiap hal atau perbuatan yang dengan mengerjakannya berarti melanggar perintah-perintah Allah. Mereka adalah penolong orang yang zalim dan juga mazhlum (teraniaya).
Hadhrat Imam Mahdi as membagi akhlak menjadi 2, salah satunya adalah akhlak-akhlak yang dengan perantaraannya manusia mampu meninggalkan kejahatan. Makna meninggalkan kejahatan terkandung akhlak-akhlak yang dengan perantarannya manusia berusaha agar lidah, tangan, mata atau salah satu anggota badan lainnya tidak mandatangkan kerugian pada harta, kehormatan, dan jiwa orang lain; atau berniat menimbulkan kerugian serta kerusakan pada nama baik seseorang. (Filsafat Ajaran Islam h.33)
Keempat, وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ mereka menegakkan sholat. Sholat merupakan tiang agama yang mana seyogyanya juga kita menaruh perhatian yang khusus terhadap penegakkannya. Hadhrat Rasulullah saw bersabda: “bainal-kufri wal-imani tarkush-sholaati (HR. Turmudzi)”. Artinya hal yang membedakan antara kekufuran dan keimanan adalah meninggalkan sholat. Hadhrat Masih Mauud as telah menekankan akan masalah shalat di tempat dan kesempatan yang tidak terhitung.
Beliau bersabda: “Tidak ada wirid atau bacaan-bacaan yang mengungguli shalat, karena didalamnya terdapat pujian kepada Allah, istighfar, dan shalawat. Semua wirid/bacaan-bacaan doa, himpunannya adalah sholat. Seberapapun wirid-wirid sholat, inilah kumpulannya. Dan dengan itu, segala macam kesedihan dan keresahan menjadi jauh. Dan kesulitan jadi terpecahkan.
Selanjutnya beliau as bersabda: “Manusia tidak akan mampu meraih kedekatan dengan Allah Taala kecuali ia melakukan iqamatushsholaah (menegakkan, mendirikan sholat).” (Malfuzat jld 2 hal.346)
Didalam persyaratan ketiga dari baiat kepada hadhrat Masih Mauud as terdapat penekanan dalam perintah yang mendasar ini yang mana bunyinya “ia akan senantiasa mendirikan shalat 5 waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Taala dan Rasul-Nya.”
Huzur atba menerangkan apa yang dimaksud dengan mendirikan sholat, yaitu shalat harus dilakukan secara berjamaah, dilakukan secara teratur, dan dilakukan tepat pada waktunya. Allah swt berfirman:
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dirikanlah shalat dan berikanlah zakat dan ruku’lah bersama mereka yang ruku’ kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 43)
Huzur atba menerangkan ayat ini dengan: “Keistimewaan-keistimewaan ini hendaknya ada di dalamnya yaitu mereka menerapkan dalam diri mereka corak berjamaah; dan inillah yang diperintahkan pada mereka, beribadahlah secara berjamaah!”
Kelima, Allah Taala selanjutnya memberitahukan bahwa mereka membayar zakat dan membelanjakan harta di jalan Allah:
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلأنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ
“Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan dijalan Allah, maka pahalanya itu untuk kalian sendiri. Dan janganlah kalian membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhoan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan, niscaya kalian akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kalian sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-Baqarah : 272)
Perlu digaris bawahi dalam ayat tadi adalah yang dinafkahkan atau diberikan di jalan Allah adalah harta yang baik harta yang halal bukan harta yang didapat dari jalan yang tidak baik. Juga, perlu diketahui bahwa membelanjakan atau menafkahkan harta ataupun kemampuan begitu pula waktu yang dimiliki adalah semata-mata mengharapkan keridhoan Allah semata.
Huzur atba menerangkan bahwa apabila Tuhan menggunakan kata sepenuhnya (yuwaffa), maka sedemikian rupa “sepenuhnya” yang akal manusia tidak dapat membayangkannya. Allah SWT berfirman: jika untuk meraih keridhoan Allah, yang dari sebab itu kecintaan Allah dan untuk penyempurnaan perintah-perintah-Nya melingkupi kecintaan terhadap harta, maka Allah akan mengembalikan itu sepenuhnya secara sempurna.
Dunia menjadi bagus dan agama pun menjadi bagus; harta pun menjadi bersih dan orang yang berusaha memperoleh harta bersih itu, maka mereka tidak akan menjadi orang yang mengambil faedah dari keterpaksaan orang-orang. Bahkan mereka senantiasa berusaha menghindar dari mencari harta dengan cara yang tidak benar alias salah.
Huzur atba juga bersabda: “Hazrat Masih Mauud as telah menciptakan Jemaat yang luar biasa, yang mereka mendapatkan ketenangan dan ketentraman yang luar biasa dalam memberikan pengorbanan harta. Jadi hari ini di muka bumi ini tidak ada Jemaat lain yang memiliki semangat ini.
Para penentang Jemaat memberikan pernyataan pengakuan. Akan tetapi, yang nampak dari pidato-pidato mereka kepada para pengikut mereka, yang sering kita dengar adalah: Lihat Qadiani atau Mirzai betapa banyak mereka memberikan pengorbanan untuk tujuan-tujuan mereka, sedangkan kalian, iuran infaq untuk membangun satu mesjid atau suatu pekerjaan pun tidak ada perhatian.”
Keenam, mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya. Melaksanakan/menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hambanya dan mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan senang hati. Di dalam syarat baiat point ke 5 berbunyi “Akan setia terhadap Allah Taala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Taala.” Apa saja yang dilakukannya demi meraih keridhoan Ilahi dan dengan segenap tenaga mencontoh akhlak Rasulullah saw.
Terakhir/ketujuh, أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ Allah mengasihani mereka dan mereka merupakan orang-orang yang meraih kasih sayang-Nya.
Huzur V aba bersabda: “dengan menjalin hubungan dengan Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Perkasa/Unggul dan dengan mengamalkan perintah-perintah-Nya, maka di dalam diri kita akan timbul kebijakan dan kecerdasan, lalu di dalam diri kita akan tegak kekuatan berjamaah, keinsafan, dan keadilan akibat hikmah/kebijaksanaan yang lahir sebagai buah mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Lalu kejahilan akan hilang dan akan menjadikan orang dapat meraih pemahaman dan makrifat akan Tuhan Yang Maha Esa.”
Dengan karunia Allah Taala ketujuh Keistimewaan yang ada di dalam Surah At-Taubah tadi ada di dalam Jemaat Ahmadiyah, Jemaat Imam zaman yang mana Hazrat Rasulullah saw telah memberi wasiyat kepada pengikut beliau yakni agar baiat kepada Khalifah Allah yakni Imam Zaman.
Tetapi perlu diperhatikan secara seksama bahwa keistimewaan-keistimewaan ini tidak serta merta diperoleh hanya dengan baiat saja, perlu adanya semangat untuk menciptakan keistimewaan-keistimewaan itu dengan usaha yang gigih dan juga dibarengi dengan doa yang terus menerus sehingga kita akan menjadi pewaris hadiah-hadiah yang Allah janjikan kepada Hadhrat Masih Mauud as.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memperkokoh keyakinan serta semangat kita untuk terus maju dan terus melangkah menuju Allah SWT melalui bimbingan imam kita yang tercinta.
Referensi:
Khotbah Jumat Vol. II, No. 33, 21 Aman/Mei 2008 tentang Tujuh Keistimewaan Jemaat Orang-Orang Yang Beriman.

0 Comments